Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 22 September 2019

Cerita Sex Di Gilir 3 Tukang Ojek

Cerita Sex Di Gilir 3 Tukang Ojek



Perkenalkan, namaku Erni. Saat ini usiaku 21 tahun, Aku sekarang berkuliah di Universitas X di Jakarta, Aku ingin menceritakan pengalamanku pertama kali mengenal sex. Sebenarnya pengalaman ini sdh lama terjadi, yaitu ketika aku masih kelas 2 SMA, tetapi aku baru berani menceritakannya sekarang. Ini adalah tulisan pertamaku, jadi maaf bila kurang baik.



Ketika aku masih duduk dibangku di SMA X, aku punya banyak sekali kesibukan seperti les dan belajar kelompok. Akibatnya, seringkali aku pulang malam. Aku sendiri tdk takut, karena sdh sering. Jika pulang malam, aku menggunakan jasa ojek untuk mengantarku ke rumah.

Oya, aku akan menceritakan diriku terlebih dahulu. Saat itu, aku berumur 16 tahun. Kulitku sawo matang seperti kebanyakan gadis jawa, rambut lurus panjang berwarna hitam sepunggung. Bentuk fisikku biasa saja, tinggi 163 cm dgn berat 51 kg. Ukuran bra 34B.

Ketika itu, aku belum tahu tentang sex sama sekali. Maklum, aku tinggal di lingkungan yg baik-baik. Kejadian yg mengubah hidupku terjadi ketika suatu hari aku pulang dari rumah temanku. Waktu itu sekitar bulan November, ketika Jakarta memasuki musim hujan.

Aku pulang dari rumah teman sekitar jam 8 malam dgn menggunakan ojek. Aku selalu memilih pengemudi ojek yg tampangnya baik-baik. Pengemudi ojek yg kutumpangi kali ini sdh agak tua kira-kira 40 tahunan dan tampangnya penuh senyum.

Sepanjang perjalanan dari daerah Lenteng Agung ke rumahku di Srengseng Sawah, beliau mengajakku ngobrol dgn sopan sambil melajukan motornya pelan-pelan. Namun di tengah jalan hujan mulai turun dan semakin deras. Bajuku sdh setengah basah akibat hujan dan tampaknya bapak ojek ini, sebut saja Pak mahmud (aku hingga kini tdk tahu namanya), tdk membawa jas hujan.

Melihatku hampir kuyup dan kedinginan, beliau mengajakku berteduh terlebih dahulu di pos ojek terdekat. Pos itu tdk seperti gubuk-gubuk yg biasa dijadikan pos ojek dan penerangannya cukup baik. Di dalamnya terdapat dua pengemudi ojek lain yg juga menunggu hujan, sebut saja namanya Pak iwan dan Pak andi (aku hingga kini juga tdk tahu nama mereka) yg usianya kira-kira 30 tahunan. Pak mahmud memintaku masuk agak ke dlm karena hujan sdh sangat deras.

Sementara itu, Pak mahmud terlihat ngobrol dgn Pak iwan dan Pak andi sambil sesekali melihat ke arahku. Agak risih juga, karena aku gadis seorang diri di sana sementara baju SMA ku yg sdh lembab terlihat agak transparan.

Beberapa lama kemudian, karena hujan belum reda, Pak iwan menawarkan teh manis hangat yg tersedia di pos tersebut. Tanpa curiga aku meminumnya sementara mereka melihatku sambil tersenyum. Setelah itu, mereka mengajakku ngobrol macam-macam. Kira-kira 5 menit kemudian, aku mulai merasa agak panas. Rasanya gerah sekali bajuku, padahal masih lembab. Anehnya aku juga mulai berkeringat.

Mereka yg melihat reaksiku, berkata:
“Kenapa neng, gerah ya?”
“Iya nih pak”, jawabku
“Buka aja neng bajunya”, timpal mereka lagi
Gila, yg benar saja. Aku diam saja mendengar omongan mereka, aku anggap hanya lelucon orang dewasa. Tp beberapa saat kemudian, tangan mereka mulai nakal menggeraygi pahaku yg masih terbungkus rok abu-abu. Aku yg semakin kepanasan mencoba menepis tangan mereka.
“Ih, apa sih pak, jangan macam-macam ah”, kataku
“Ngga papa dong neng, kali-kali, ntar neng juga doyan kok”
Sial, berani benar mereka, aku mencoba melawan dan teriak minta tolong, tetapi karena hujan sangat deras dan jalanan sepi, tdk ada yg mendengarku. Seketika itu juga, aku didorong hingga rebah di dipan pos tersebut. Tangan dan kakiku dipegangi.

Pak mahmud berkata:
“Neng, kalo neng diem, kita janji deh ga bakalan bikin neng kesakitan, malah kita puasin.”
Aku diam saja melihat mereka, pikiranku antara sadar dan tdk, aku merasa kepanasan seolah ikut bergairah meladeni mereka. Pak iwan dan Pak andi mulai melepas kancing seragamku sedangkan pak mahmud menyingkap rokku dan mengelus-elus pahaku. Sekarang Mereka mulai mencumbui daerah dadaku dan pahaku.
“Aahhhh, pak, jangan pak… saya belum pernih… oohhh”
Mereka malah semakin liar menjilatinya. Pak iwan mulai menggeraygi punggungku mencari kancing bra, namun anehnya aku malah ikut mengangkat punggungku untuk membantunya.

Seketika itu juga dadaku terpampang jelas di depan mereka, menjulang keluar seperti bukit, dgn puting warna coklat muda. Pak iwan dan Pak andi kemudian menghisap putingku perlahan, membuat putingku makin tegak berdiri dgn keras. Jilatan Pak mahmud semakin nakal di CD ku, kadang-kadang menyelinap ke balik CD ku yg sdh basah membuatku semakin kepanasan
“Ooohhh… Pak… uuucchhh…”
kataku makin tak jelas, sementara Pak mahmud mulai menarik CD ku. Aku mengangkat pantatku untuk membantunya.

“Wah, cantik banget neng, meqinya. Masih perawan ya”, begitu kata beliau ketika melihat meqiku yg berwarna merah muda dgn bulu meqi yg jarang dan tampak mengkilat karena lendir kewanitaanku, “sekarang saya bikin neng puas deh”, dan setelah itu beliau mulai menjilati daerah pribadi saya.

Saat itu, saya berpikir saya sedang dikerjai, tp justru saya menikmatinya. Ketika mereka sdh tdk menahan tangan dan kaki saya, tangan saya malah mulai ikut menekan-nekan kepala pak iwan dan Pak andi sedangkan kaki saya menjepit kepala Pak mahmud seolah ingin mendapatkan kenikmatan lebih.
“Aacchh… Aacchh… Aacchh”
“Pak… ooohhh… nikmatthhh… terus..” aku meracau terus tanpa henti
ketika pak mahmud memainkan klitorisku
“ooohhh… Pak… aku mau pipis… ah…”
“Aaahhhhkkkk…” aku teriak sekencangnya ketika aku orgasme untuk pertama kalinya.

Seketika itu badanku lemas tdk bisa bergerak. Sementara mereka malah keenakan menjilati meqiku bergantian, menghabiskan lendir kewanitaanku yg sdh banjir di rok. Kemudian sisa bajuku dilepas semua hingga aku bugil. Mereka juga melepaskan baju mereka hingga kami berempat bugil di pos.

Waktu sdh sekitar jam 9 malam tp hujan masih sangat deras hingga tak ada seorangpun di luar dan menyadari kejadian ini. Mereka mulai merangsangiku lagi dgn menjilatiku, kali ini Pak mahmud dan Pak andi menjilati putingku, sedangkan pak iwan menjilati liang kewanitaanku. Aku yg masih dibawah pengaruh obat perangsang kembali bergairah menerima perlakuan mereka.

“oohh… oohh…, udah oohh…”
“jangan… trusin… oohh”
“mmpphhh.. pak… enak banget…” kataku tak karuan
Pak iwan menjawab,
“Meqimu juga nikmat say”
“oohh… oohh” aku menggelinjang menerima perlakuan mereka, sekarang adegan yg seharusnya pemerkosaan sdh berubah menjadi adegan sex yg kuinginkan lebih.

“oohh… pak aku mau keluar…”
Kali ini ketika mereka tahu aku mau orgasme, mereka berhenti merangsangku. Aku yg sdh sangat horny sedikit kecewa waktu itu, tp Pak iwan malah rebah di sampingku dan kedua pengojek lain menuntunku ke atas tubuh Pak iwan. Ketika bibir meqiku tersentuh kepala penis Pak iwan, aku merasa sangat terangsang. Dlm keadaan terangsang berat, aku mulai memegang penis Pak iwan yg sdh sangat besar, dan memainkannya di bibir meqiku. Sesekali Pak iwan menarikku hingga kepala penisnya masuk ke meqiku.
Sementara dua pengojek lainnya masih memainkan putingku dan bibirku. Aku merasa sangat kenikmatan. Kukocok penisnya di ujung meqiku, semakin lama ku dorong semakin dlm dan akhirnya..
“oohh… ooohhh… oooohhhh” tembus sdh keperawananku.

Pak iwan mendiamkan batang penisnya sebentar, membiarkanku beradaptasi dgn benda besar di dlm kemaluanku sambil menikmati pijatan dinding meqiku yg masih sangat rapat. Sesaat kemudian Pak iwan mulai menaik-turunkan badanku hingga aku mendesah keenakan. Lama kelamaan aku bisa mengocok penisnya dgn meqiku sendiri.

“Ahhh… ahhh… cplakk..cplakk…. ehhhhhggghhh…” begitu bunyi permainan kami.
“nikmat sekali meqimu, sayang. Masih sempit” kata Pak iwan yg kemudian menarikku dan menghisap putingku.

“Emmmhh ahhh… Ssshhhh enghhhhh… ooooohhhh… auuuwhhhh…” aku tak bisa berkata-kata lagi karena terlalu keenakan menikmati penis Pak iwan.

Pak mahmud mengocok batang penisnya melihat adegan kami, sedangkan Pak andi mencoba mengeksplorasi liang pantatku. Beliau memasukkan jarinya.

“Ooohhh sakit pak… Ooohhh …” begitu kataku, ketika jari tengahnya masuk.
“Sabar neng, nanti juga nikmat…” kata pak andi, kemudian malah memasukan batang penisnya yg besar ke anusku… tentu saja rasanya sangat sakit
“Ooohhh … Ooohhh sakit pak… sdh…” tp beliau tak peduli, penisnya terus dimasukkan hingga dlm kemudian aku dibiarkan istirahat dlm posisi sandwich.

Setelah terbiasa, mereka berdua mengocokku, aku seperti isi sandwich, Pak iwan mengocok meqiku dari bawah sedangkan Pak andi mengocok anusku dari atas… aku teriak sejadi-jadinya antara keenakan dan kesakitan…
“Ooohhhkkkk… Ooohhh …Ooohhh …”
“Ooohhkkkk… nikmat…. trusss….. ssshshhhhhh….”
Pak mahmud yg melihat adegan kami dipanggil kedua rekannya,
“Pak, jangan bengong aja, ni masih nyisa satu lobang” sambil menunjuk mulutku
Selanjutnya Pak mahmud memasukkan penisnya ke mulutku hingga aku sesak napas. Kepalaku ditariknya maju mundur hingga ke tenggorokan. Aku semakin kewalahan menghadapi nafsu binal mereka. Semakin lama aku semakin tdk sadar dgn apa yg ku perbuat.

“Ooohhh .. Ooohhh …” desahku di antara hisapan penis Pak mahmud.
“Ooohhhkkk… neng enak banget meqinya…” kata Pak iwan
“trus neng, jangan berhenti” kata Pak mahmud
“Neng, bentar lagi keluar nih” kata Pak andi
“Arrrrrhggggghhh…. ssshhhhh” Seluruh tubuhku terasa bergetar… kemudian aku ambruk di atas pak iwan, kukeluarkan seluruh lendir kewanitaanku hampir bersamaan dgn ketiga orang itu mengeluarkan spermanya di dlm tubuhku.

Sesaat kemudian aku tak sadarkan diri. Ketika aku sadar, aku sdh kembali berpakaian dgn kusut. Seluruh tubuhku lemas. Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam. Meqi dan anusku masih penuh dgn sperma mereka. 5 menit kemudian ketika aku sdh mampu berdiri, Pak mahmud mengantarku hingga ke rumah. Orangtuaku menanyaiku tetapi aku telalu lelah sehingga aku langsung masuk kamar dan tidur.

Cerita Sex Satu Malam Bersama Penyanyi Dangdut

Cerita Sex Satu Malam Bersama Penyanyi Dangdut


Ini bercerita tentang pengalamanku dengan Erny yang merupakan seorang penyanyi dangdut, Sebenernya musik dangdut bukan seleraku. Bagiku yang berasal dari keluarga berada, dangdut kuanggap sebagai hiburan kelas rendah. Namun tak kusangka aku bisa mempunyai petualangan tak terlupakan dengan seorang penyanyi dangdut. Inilah ceritaku dengan Erny, seorang penyanyi dangdut yang montok.

Namaku Bobby. aku sudah tinggal dan bekerja di Australia selama 15 tahun. Di bulan Agustus ini, kebetulan aku sedang liburan pulang ke tanah air selama sebulan. aku berencana untuk membuka peluang bisnis di Indonesia. Maka di kesempatan liburan ini aku berkunjung ke kediaman paman ku yang ada dipinggiran kota Bogor. Untung saja paman ku ini cukup kaya, dan beliau mempunyai banyak kediaman, lahan dan bisnis di daerah ini.

Demikianlah akhirnya aku tinggal selama seminggu ditempat ini. aku tinggal di salah satu kediaman kontrakan milik paman ku yang memang kebetulan sedang kosong. Dia pun memberikan aku seorang pembantu perempuan yang masih muda bernama Nurul untuk membantu mengurus kediaman dan merawatku. Tentu saja aku mempunyai cerita ‘petualangan’ juga dengan Nurul yang akan aku ceritakan dilain kesempatan.

Aku tiba di tempat ini pada hari sabtu pagi. Setelah aku selesai merapihkan barang-barang dari koper, aku pergi kekediaman paman ku untuk beramah tamah. Disaat aku masuk ke kediaman nya yang cukup besar, aku melihat sudah ada beberapa orang di ruang tamu. Dan paman ku pun menjelaskan bahwa malam nanti, akan ada pentas dangdut untuk para warga di daerah sini. Memang paman ku ini adalah businessman yang sangat sukses, tapi juga ramah dan selalu memperhatikan para pekerja nya. Beliau juga sering mengadakan hiburan sebagai kontribusi kembali dia kepada para warga. Tak heran semua orang disini sangatlah hormat dan ramah kepada keluarga kita.

Akhirnya aku pun diperkenalkan kepada seorang lelaki setengah baya yang bernama bapak Udin. Ternyata bapak Udin ini adalah pemimpin kelompok dangdut yang akan berpentas malam hari nanti. Kita bertiga bercakap-cakap sejenak di ruang tamu. Tak lama kemudian, bapak Udin memanggil beberapa orang dari luar kediaman. Dan masuklah empat orang perempuan muda kedalam kediaman paman aku. Mereka pun diperkenalkan sebagai para penyanyi yang akan berpentas nanti. Satu persatu aku menyalami mereka yang bernama Norma, Erny, Ratna dan Ririn. Jujur saja, tipe seperti mereka bukanlah tipe yang biasa aku suka, sehingga aku pun tak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi ada salah satu dari mereka yang cukup menarik perhatian aku.

Erny umurnya 19 tahun dan mempunyai tinggi sekitar 160cm. Rambut nya hitam, lurus panjang dan dia mempunyai wajah yang biasa saja. Tetapi yang paling menarik perhatianku adalah badannya yang sangat montok. Pinggulnya ramping, tapi aku bisa melihat lekukan dada dan pantatnya yang menonjol besar dan kencang dibalik bajunya yang ketat itu. aku sempat memperhatikan badannya untuk beberapa saat. Bapak Udin pun tersenyum kepada aku. Tak lama, mereka pun keluar dari kediaman dan kita kembali berbincang-bincang lagi untuk membahas rencana pentas nanti dengan paman aku.

Selesai nya makan malam, kira-kira jam 8, aku pun mulai berjalan ke tempat acara dangdut ini akan berpentas. Memang sebenarnya dangdut itu bukanlah selera aku, namun apa boleh buat aku juga tak ada kerjaan di tempat ini. Sesampainya disana, aku pun dipersilahkan duduk ke meja paling dekat dengan panggung, dimana paman aku dan bapak Udin sudah menunggu.

Para warga sudah memenuhi daerah penonton, dan tak lama pun acara dimulai. Lagu dangdut mulai bermain, para penonton sudah mulai berjoget ria. Norma, Erny, Ratna dan Ririn pun sibuk bergoyang dan bernyanyi diatas panggung itu. Mereka berempat bergoyang bersama dengan seksinya di atas sana, dengan pakaian yang sungguh menggoda iman.

Beda dengan disaat aku bertemu mereka siang tadi, saat ini mereka sudah memakai make up yang menor ala penyanyi dangdut, serta memakai pakaian yang seperti kekurangan bahan. Mataku pun kembali terpaku kepada Erny. Kali ini aku benar-benar bisa melihat sungguh kemontokan badannya yang sangat indah. Dia memakai dress ketat bewarna merah yang memamerkan lengannya. Roknya juga sangat pendek, hampir tak mampu menutupi pantatnya yang bulat itu. Muncullah pikiran-pikiran di kepalaku membayangkan keelokan badan Erny ini.

Para penyanyi pun bergilir pentas sendiri-sendiri, dan disaat giliran Erny, aku tak melepaskan pandangan aku sedetik pun dari dia. Gerakan jogetnya yang sungguh seksi,dia memamerkan badannya yang gemulai. Dia pun sempat bergaya mengangkangkan kaki dan bergerak maju mundur, yang membuat para pemuda disana berteriak-teriak. Beberapa kali aku menangkap pandangan Erny yang melirik kepada aku. akupun memberikan senyuman balik kepadanya dan bahkan memberanikan diri mengedipkan mata. Bapak Udin pun tertawa melihat kelakuan aku. Beberapa jam kemudian, acarapun selesai dan para warga tampak sangat puas dengan hiburan malam ini. Bapak Udin datang menghampiri aku dan beramah tamah. aku memuji dia dan grup nya yang sudah berpentas tadi. Dia tiba-tiba berbisik kepadaku,

“Mas Bobby, sepertinya ada yang mas suka yah dari tadi?” aku pun tertawa mendengar itu dan menjawab sambil bergurau,

“Bapak Udin tau saja.” Kita berdua tertawa dan aku mengaku bahwa aku memang tertarik dengan Erny. Dengan aku tak duga diapun menjawab,

“Ya sudah tenang saja mas Bobby, aku pastiin nanti malam mas nggak akan kesepian.” aku tersenyum dan mengerti maksud nya. Setelah negosiasi harga, aku pun memberikan uang 300 ribu kepada bapak Udin. Murah sekali untuk selimut hidup semalaman, pikirku. Biasa di Australia, selimut yang jelek saja paling sedikit bisa 3 juta rupiah. Ternyata memang benar gosip-gosip yang beredar, para penyanyi dangdut seperti ini memang kebanyakan bispak alias bisa dipakai.

Sekitar pukul 11 malam, aku mendengar suara bel kediaman berbunyi. aku berjalan kedepan untuk membukakan pintu karena pembantu memang sengaja aku suruh tidur duluan. Ternyata Erny sudah menunggu didepan kediaman, masih lengkap dengan pakaian pentas dan make up tebalnya. Dia tersenyum-senyum kecil saat melihat aku membukakan pintu. aku menyuruh dia masuk dan kita pun duduk berdua di sofa ruang tamu. Dia duduk merapat disebelah aku sambil melipatkan kakinya. Rok nya yang mini pun tersingkap dan memamerkan pahanya yang putih dan mulus. Dari sebelahnya aku bisa melihat belahan dadanya dengan jelas dari dress merah ketatnya yang mempunyai belahan cukup rendah.

“Kata pak Udin tadi katanya mas Bobby mau minta ditemenin yah?” dia bertanya dengan wajah yang sengaja dipasang imut. aku pun menjawab, “Iya nih, habis aku lumayan kesepian disini.

”Dia membalas dengan polos “Kenapa Erny? Emangnya mas Bobby mau yah ditemenin Erny?” aku membalas

“Ya iya dong, masa aku gak mau ditemenin wanita imut dan seksi kaya gini.” Dia tertawa dan mencubit aku. Kita pun mulai ngobrol dan bercanda ria, dan aku beranikan diri memegang dan mengusap pahanya yang mulus itu. Ternyata dia tak keberatan, dan malah semakin merapatkan diri kebadan aku.

Aku sibak rambut Erny dari lehernya, dan langsung kuserbu dia dengan ciuman dilehernya yang putih dan jenjang itu. Desahan kecil mulai keluar dari mulut Erny. Tanganku mulai aku naikan dari pahanya, melewati perutnya dan naik ke gundukan dada montoknya yang masih terbungkus baju. aku remas-remas dadanya dari luar dress Erny. Badannya mulai meliuk kegelian dan desahannya pun semakin membesar.

Tangan Erny mulai meraba pahaku dan akhirnya menemukan kemaluanku yang sudah menonjol keras dari dalam celana. Erny meremas dan mengocok gagangku dari luar celana pendek yang aku pakai. Lidahku bergerak keatas menjilati lehernya sampai aku menemukan bibirnya yang tebal itu. Erny pun menyambut ciumanku dengan liar. Lidahnya didorong masuk kedalam mulutku dan tak mau kalah aku balas juga dia dengan lidahku.

Tanganku menurunkan tali lengan dress yang dia pakai itu sampai turun kebawah. aku sekarang bisa lihat BH tipis bewarna merah dengan ronda yang kelihatan susah payah menampung buah dada Erny yang sungguh montok itu. Dengan tak sabar langsung aku copot BH yang dipakainya, dan terlihat jelas lah dua gunung besar milik Erny. Ukurannya mungkin kurang lebih 36C, dan putingnya hitam lumayan besar sesuai ukuran payudaranya.

Kedua tanganku langsung bermain-main di payudara Erny. aku pijat dan remas kedua gunung kembar ini yang sangat membangkitkan nafsu. Tak lupa juga aku mainkan putingnya yang sudah tegang itu. Erny mendesah.

“Ohhhh mas… Isep susu Erny dong mas…” Tentu saja aku tak perlu dua kali disuruh, langsung aku serbu kedua payudara Erny yang montok ini dengan mulutku. aku hisap putingnya, kumainkan juga dengan lidahku, bahkan dengan gigitan-gigitan kecil yang membuat badan Erny semakin menggelinjang keenakan. Erny menekan kepalaku ke dadanya

“Ahhh… Enak banget masss…” Ada kira-kira 5 menit mulutku bergerilya didadanya Erny. Sampai akhirnya Erny pun menghentikan aksi ku dan berbisik

“Mas Bobby, gantian yah biar Erny yang bikin mas Bobby enak.” aku pun tersenyum mendengar itu.

Erny bangun dari sofa dan berlutut diantara kedua kakiku. Pelan-pelan dia buka celanaku dan juga dipelorotinya celana dalamku. ‘Adik’ku pun mencuat tegak di depan mukanya. Sesaat aku bisa melihat raut mukanya yang nampak kaget disaat melihat kemaluanku ini.

“Wah… Gagang mas Bobby kok gede banget yah? Erny gak pernah lihat yang kaya gini.” aku tersenyum kecil. Memang ukuran kemaluanku lumayan besar dan tebal dibandingkan pria lain pada umumnya. Kira-kira setara dengan ukuran para aktor bule di film-film bokep yang aku tonton.

Tangan Erny mulai mengocok gagangku yang sudah sangat keras ini, sambil matanya masih takjub melihat kemaluanku. Akhirnya aku bisa merasakan lidah Erny yang seperti kelaparan menjilati gagangku. Mulai dari ujung atas, samping, sampai biji pelerku dibawah, semua habis disapu lidahnya.

“Uhhh… Erny…” aku mendesah, “Isepin kemaluanku dong…” aku minta kepada Erny. Langsung tanpa ragu, dimasukannya ujung kepala kemaluanku kedalam mulutnya. aku bisa merasakan lidahnya bermain di dalam mulut, membuat ujung kemaluanku kegelian. Dan pelan-pelan akhirnya dia semakin turun, mencoba untuk memasuki semua kemaluanku kedalam mulutnya. Namun apa daya, mulut Erny hanya sanggup menerima sebagian dari gagangku yang besar itu. Tapi memang mungkin Erny sudah profesional, dia mulai memompa mulutnya naik turun, sambil mengocok sisa gagangku yang tak muat masuk dengan tangannya.

Sungguh aku dibuat keenakan, apalagi saat aku melihat sang penyanyi dangdut ini ada diantara kakiku, berlutut dan mengenyoti kemaluan aku sekarang. Mukanya yang penuh make up itu naik turun, bibirnya erat menghisap gagangku. Tiba-tiba dari pinggir mataku, aku melihat sebuah gerakan. Disaat aku melirik ke pinggir ruangan, aku bisa melihat pintu kamar pembantu terbuka sedikit. Sepertinya Nurul mau keluar untuk ke toilet, tapi tak jadi karena mungkin kaget dan takut melihat aku dan Erny disini. aku pun tersenyum karena aku bisa melihat dia masih mengintip dari balik sela pintu. aku pun berpura-pura tak tahu dan cuek sengaja membiarkan Nurul untuk melihat aksiku dengan Erny malam ini.

Setelah beberapa lama Erny terus menghisap kemaluanku, aku mulai bisa merasakan kemaluanku berdenyut sudah siap untuk keluar. aku langsung pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan menggerakkan kepalanya semakin cepat naik turun kemaluanku. Sepertinya dia pun mengerti dan melepaskan genggaman tanganya dari kemaluanku, hingga aku semakin gampang memompa Erny. Sampai akhirnya aku pun menekan dia kebawah sambil memasukan kemaluanku sedalam-dalamnya kedalam mulut Erny dan mengeluarkan spermaku didalam mulut Erny yang imut itu. aku semprot berkali-kali didalam mulutnya.

Tak lama, Erny pun mulai bangkit mengeluarkan kemaluanku dari dalam mulutnya dan menelan habis semua spermaku itu. Erny berdiri di depanku sambil tersenyum,

“Wah mas Bobby ini, sudah keluar banyak di mulut Erny tapi masih tetap aja keras yah.” katanya sambil menunjuk gagangku yang memang masih berdiri tegak. Maklum, aku sudah biasa bermain ronde lebih dari sekali dengan para wanita.

Tanpa disuruh lagi, Erny langsung melepaskan celana dalamnya hingga jatuh ke lantai. Dia mau melepaskan semua bajunya, tapi aku tepis tangannya, aku hanya angkat roknya sehingga dress Erny terlilit dipinggangnya. Biar lebih erotis pikirku. Tanpa basa-basi, Erny naik ke pahaku. Tangannya memegang kemaluanku untuk diarahkan ke kemaluan nya. Erny berbisik

“aku masukin yah mas… Udah gak tahan nih.” aku pun mengangguk dan membiarkan badan Erny turun/ Kepala kemaluanku sudah menemui memek Erny yang sangat basah. Pelan-pelan Erny menekan badannya kebawah. aku bisa merasakan sempitnya memek Erny yang mulai menyelimuti kemaluanku. Erny melirih

“Aduh mas Bobby, gede banget ini… Pelan-pelan yah, Erny gak tau bisa muat apa nggak…” aku biarkan saja Erny mengambil waktu sesukanya.

Sampai akhirnya “bless…” masuk juga semua kemaluanku kedalam memek Erny. Dia diam sebentar sambil meringis, aku bisa merasakan kehangatan luar biasa di kemaluanku ini. Erny pelan-pelan mulai menggerakan badannya naik turun. Dia masih meringis untuk beberapa pompaan pertama ini.

“Gila mas, kemaluan mas Bobby gede banget… Erny berasa penuh dimasukin punya mas.” Tak berapa lama sepertinya Erny sudah mulai terbiasa. Gerakannya semakin dipercepat naik turun. Tak hanya itu, Erny pun mulai memainkan pinggulnya berputar d pangkuanku. Sungguh luar biasa memang penyanyi dangdut satu ini pikirku. Sensasinya sangat nikmat, belum pernah kemaluanku dimainkan seperti ini, mengingatkanku akan gerakan joget Erny tadi disaat manggung.

Aku pegang payudara Erny yang bergerak naik turun dan langsung aku hisap kedua putingnya. Erny pun mendesah semakin keras diiringi dengan gerakan pinggulnya yang semakin liar. Badan Erny terus bergerak naik turun semakin cepat, sambil aku mainkan kedua buah dadanya yang montok itu. Sampai akhirnya badan Erny pun bergetar kencang dan berteriak

“Ahhh mas, aku keluar masss…” aku bisa merasakan banjir kehangatan di dalam memeknya. Orgasme pertama Erny. Dia bertumpu lemas di badanku walaupun kemaluanku ini masih terbenam didalam kemaluan Erny. Tentu saja aku masih belum puas, dan langsung aku balikkan badannya ke sofa. Aaku rebahi dia ke sofa sambil kubuka kakinya lebar-lebar.

Tanpa diberi aba-aba, langsung aku tancap lagi memek Erny dan kupompa badannya yang lemas itu. aku bisa melihat muka Erny yang kaget dicampur keenakkan,

“Ahhh mas Bobby, pelan-pelan dong mas.” pinta Erny. Tapi aku tak menggubris dan justru birahiku semakin meningkat. Langsung aku naikkan tempoku, badanku bergerak semakin cepat diatas badan sang penyanyi dangdut montok ini. Erny berusaha mencengkram sofa menerima tusukkan ku, sambil berdesah kencang dan matanya juga merem melek,

“Ohhhh… Terus… Genjot terus mas, jangan stop. Aahhh…”

Semakin menggilalah aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Erny itu. Dia lilitkan kakinya ke pinggangku, badannya mulai basah berkeringat

“Masss, Erny mau keluar lagi nih…” aku percepat gerakan pinggangku sampai akhirnya dia pun menarik pinggangku dengan kakinya dan kembali bergetar

“Ohhhh… Mas Bobby… aku keluar lagiii…” Tubuh Erny langsung terbaring lemas di sofa setelah orgasme keduanya ini.

Aku cabut kemaluanku yang masih keras ini dan sudah basah dengan lendiran Erny. aku masih belum puas, gairahku masih belum terpenuhi. aku ambil badan Erny, dan aku balikkan dia sehingga pantatnya mencuat dihadapanku. Erny yang nafasnya masih memburu menoleh kebelakang dengan tatapan sayu dan pasrah. Oh sungguh indah pantat semok si penyanyi dangdut yang seksi ini.

Langsung aku tancapkan gagang kerasku kedalam memek basah Erny lagi. Dengan nafsuku yang sangat membara, aku cengkeram pantat bulat Erny. Dengan setiap sodokanku, tubuh Erny terombang-ambing diatas sofa.

“Ssshhh… Ahhh… Enak banget massss…Kemaluan mas Bobby gede banget!” teriak Erny lagi. Kira-kira 10 menit kita di posisi ini, akhirnya aku pun mulai merasakan sensai luar biasa di penisku. aku berkata kepadanya,

“Ernyaaa… aku mau keluar nih…” Erny membalas,

“Iya mas… Ohh… Erny juga mau keluar lagi…” Erny semakin liar menggoyangkan pantatnya. Sampai akhirnya aku pun menancapkan kemaluanku sedalam-dalamnya di memek Erny, dan aku semburkan spermaku. Hampir dalam waktu bersamaan, Erny pun menggelinjang lagi menandakan dia orgasme yang ketiga kalinya.

Kedua badan kita tergulai lemas diatas sofa ini. Erny perlahan-lahan merapatkan badannya kepadaku. Kita berduapun tertidur lelap sampai pagi dalam keadaan telanjang. Di pagi keesokan harinya, kita melanjutkan aktivitas kita lagi dikamar mandi sambil membersihkan diri bersama. Akhirnya Erny berpamitan diri denganku untuk pulang bersama grup dangdutnya. Sungguh puas aku menikmati tubuh Erny, sang penyanyi dangdut yang montok ini.

Jumat, 20 September 2019

Carita Sex Bertemu Dengan Tangan Jahil

Carita Sex Bertemu Dengan Tangan Jahil


Panggil saja namaku Fella aku masih gadis dengan usiaku 23 tahun tinggi badanku 167 cm dengan berat badan 55 kg ukuran payudaraku 34 C dan profesiku adalah sebagai reposter di salah satu stasiun tv swasta, banyak orang yang bilang Fella cantik kulitnya putih sehingga masuk dalam dunia entertainment mudah.Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Fella meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya.

Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Fella karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.

Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Fella kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.Sebagai seorang reporter, tentunya Fella sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi.

Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Fella girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut.

Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Fella ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.

Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Fella berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua tahun lebih muda dari Fella, tinggi badannya sepantaran dengan Fella namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih.Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Fella dan rekannya di bandara internasional Narita.

“Lo kenapa Nin?”, tanya Fella pada kawannya. “Kok kelihatannya lesu gitu?”

“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!”

Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Fella, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.Selama di Jepang, rencananya Fella dan Nina akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Fella kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Fella karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Fella.

Setibanya di kediaman Wiwin, Fella dan Nina langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Fella mengajak wiwin untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.

“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.

“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah.” “Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?”

“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe.”

“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu.” Jawab Fella dengan muka masam. “Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?”

“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi.”

“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.

Keesokan harinya, Fella dan Nina menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Fella dan Nina sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Nina memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Fella memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.

Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.

Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Fella, namun, “astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh.” Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Fella namun tidak bisa dilakukan.

Di dalam kereta, Fella dan Nina ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk.

Lima menit berlalu, sambil berdiri, Nina dan Fella baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Fella dan Nina mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri.

Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Fella dan Nina hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.

“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Fella yang diamini oleh Nina.“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Nina yang disambut tawa renyah Fella.

Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.

“Ima nanji desu ka?”

Fella dan Nina sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.

Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.

“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.

Fella dan Nina baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).

Untungnya Fella sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam.

“Domo arigato gozaimasu” Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Fella mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Nina hanya memperhatikan dari tadi.

Sebelum sempat membalikkan badan, Fella merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina, “Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”

“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue.” bisik Nina.

“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol.” tukas Fella. Nina pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.

Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Fella merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Fella pun berusaha menepis tangan itu.

Merasakan gelagat yang tidak baik, Fella mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana.

Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.

“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Fella. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. “Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata.

Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Fella. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya.

Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Fella yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.

“Mmh…. hhhh” Fella hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Fella mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.

Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Fella. Fella pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu.

Kini, Fella masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Fella yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.

“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan Fella. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Fella dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Fella memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas Fella sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka.

Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Fella, sementara mulutnya mulai ‘menyusu’ ke payudara sebelah kiri Fella.

Yang lebih membuat Fella terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Fella berkata “dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi”.

Sementara itu, tangan-tangan yang ‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh Fella semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Fella, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Fella yang masih terbungkus g-string hitam.

Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Fella dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Fella pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Fella tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.

Tanpa disadari oleh Fella, ternyata g-stringya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Fella.

Fella terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah.

Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Fella, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Fella, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Fella. Fella semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. “Emmh… hhh”.

Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Fella yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.

“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Fella terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi.

Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Fella kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung.

Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Fella coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga Fella merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya.

Disaat bersamaan, pinggang Fella ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Fella dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Fella yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Fella dengan cepat.

“Plok…plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Fella. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Fella dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Fella, dan memaksa Fella untuk mengocok penisnya.

Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Fella dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Fella dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Fella, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Fella.

“Ah…. ahhh”, Fella mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Fella bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa.. aaahh!!” Desahnya.

Tidak berapa lama, penis didalam mulut Fella menyemburkan spermanya. Membuat Fella gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya.

Si bapak yang memompa vagina Fella rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat.

Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Fella sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Fella tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah.

“Hhhh…. ah..” Fella tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan “Aaaaaahh” Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Fella. “Aah, sial, damn..” gerutu Fella dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.

Tubuh Fellapun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Fella, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Fella.

Para lelaki itupun meninggalkan Fella terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan.

Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian

Fella segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Fella kemudian mengajak Nina yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.

Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Wiwin sudah pulang.

Nina yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin menanyakan keadaan kedua temannya itu. Fella dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.

“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya.”“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini.”

“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap wiwin. “Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini.”

Fella dan Nina mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Wiwin.

Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Fella terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..

Cerita Sex Karena Tante Sonya, Aku Jadi Ketagihan Ngeseks

Cerita Sex Karena Tante Sonya, Aku Jadi Ketagihan Ngeseks


Asalku dari Sukabumi, dimana aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu.

Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan.

Ayahku hanyalah seorang pensiunan pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai guru sebuah SMA negeri di sana.

Aku tinggal di tempat kos di daerah Jakarta Barat.

Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung dikaruniai otak yang lumayan encer.Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku.

Aku pikir tidak mengapa, asal aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku.

Terkadang aku iri melihat teman-teman kuliahku.

Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.

Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di

Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa tertarik padaku.Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya.

Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar.

Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya “cute”, dan perawakanku yang tinggi, tegap, kekar, dan berisi.

Nggak percuma juga aku sering latihan karate, renang, bola, dan voli waktu di Sukabumi dulu.

Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini.

Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku.

Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah.

Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama.Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak.

Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika.

Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku.

Saat makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku.

Aku bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia.

Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang.

Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku.Monika adalah gadis baik-baik Aku sangat mencintainya.

Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba.

Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut.

Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti.

Terlebih akupun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang.

Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu.

Saat itu aku ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku.

Aku tertarik mendengar cerita suksesnya.

Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.

Hasilnya ternyata luar biasa.Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu.

Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah.

Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah.

Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung aku menemukan program ini.

Semenjak itu, penampilanku berubah.

Gaya hidup yang sudah lama aku impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat aku beli.

Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21.

Monika sempat kaget dengan kemajuanku Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba.

Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang.

Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadaku.

Hanya satu saja yang masih kurang.

Aku belum punya mobil Setelah menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas.

Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik.

Aku tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya.

“Ya betul… mobil saya memang dijual”. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon.

“Harganya berapa Bu?”

“Empat puluh delapan juta”

“Kok mahal sih Bu?”

“Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil”

Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku harus menjual motorku dulu.

Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.

“Alamatnya dimana Bu?”

Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.

Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud.“Selamat sore” sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu.

“Oh sore..” jawabnya.

Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi.

Payudaranya yang tampak penuh di balik baju “you can see” menambah kecantikannya.

Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film itu.

“Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu”

“Oh.. Ya silakan masuk.”

Akupun masuk ke dalam rumahnya.

“Tunggu sebentar ya Wan.

Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les.

Mau minum apa?”

“Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu”

Akupun kemudian duduk di ruang tamu.

Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.

“Kamu masih kuliah ya,” tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu

“Iya Bu.. Hampir selesai sih “

“Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu” si ibu berkata lagi.

Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku.

“Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu.

Mangkanya jangan mahal-mahal dong” jawabku.

“Wah.. Hebat kamu kalau gitu.

Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil”

“Yah usaha kecil-kecilan lah” jawabku seadanya.

“Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?”

“Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Sonya.” jawabnya sambil sedikit tertawa genit.

“Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru”

“Oh begitu..” jawabku.

Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan

“Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?” tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku.

“Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu” jawabnya.

“Waduh.. Maaf ya tante”

“Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?”

“Sudah, tante”

“Cantik ya?”

“Cantik dong tante..” jawabku lagi.

Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku.

Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya.

Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya.

Tak lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.

“Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya..”

Sambil berkata begitu, tante Sonya menaiki tubuhku.

Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya.

Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Sonya.

“Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..” desah tante Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.

“Heh.. Heh.. Heh..” begitu suara yang terdengar dari mulut tante Sonya.

Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.

“Tante suka.. Ahh.. Ngent*tin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..”

Tante Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku.

Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama.

Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi.

“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. ent*tin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..”

Tak lama tubuh tante Sonyapun kembali mengejang.

Dengan lenguhan yang panjang, tante Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya.

Tubuh tante Sonya kemudian rubuh di atasku.

Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran.

Kubalikkan tubuh tante Sonya, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya.

Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.

“Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes..” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.

“Wawan mau keluar tante..” kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku.

“Keluarin di mulut tante, sayang..”

Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Sonya.

Tangan tante Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Ahh.. Tante..” jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut tante Sonya.

Tante Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.

Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.

“Enak Wan?” tanyanya sambil tersenyum genit.

“Enak tante… memang tante sering ya beginian”

“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..”

“Oh.. Tante sukanya anak muda ya..”

“Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda.” jawab tante Sonya genit.

Tak lama mobil yang dinantipun datang.

Akhirnya aku jadi membeli mobil tante Sonya itu.

Disamping kondisinya masih bagus, tante Sonya memberikan korting delapan juta rupiah.

“Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya” katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.

Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu.

Sampai saat ini, aku masih berselingkuh dengan tante Sonya.

Sebenarnya aku diliputi perasaan berdosa kepada Monika pacarku.

Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, aku jadi ketagihan bermain seks.

Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran.

Tetapi untuk menyalurkan hasratku, aku terus berhubungan dengan tante Sonya.Bisniskupun makin lancar Keuanganku semakin membaik, sehingga aku sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa bersalahku.

Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama.

Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak.

Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah.

Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku.

Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika?How much is it possible?

Jumat, 13 September 2019

Cerita Sex Karena Tante Sonya, Aku Jadi Ketagihan Ngeseks

Cerita Sex Karena Tante Sonya, Aku Jadi Ketagihan Ngeseks


Asalku dari Sukabumi, dimana aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu.

Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan.

Ayahku hanyalah seorang pensiunan pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai guru sebuah SMA negeri di sana.

Aku tinggal di tempat kos di daerah Jakarta Barat.

Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung dikaruniai otak yang lumayan encer.Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku.

Aku pikir tidak mengapa, asal aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku.

Terkadang aku iri melihat teman-teman kuliahku.

Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.

Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di

Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa tertarik padaku.Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya.

Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar.

Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya “cute”, dan perawakanku yang tinggi, tegap, kekar, dan berisi.

Nggak percuma juga aku sering latihan karate, renang, bola, dan voli waktu di Sukabumi dulu.

Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini.

Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku.

Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah.

Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama.Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak.

Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika.

Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku.

Saat makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku.

Aku bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia.

Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang.

Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku.Monika adalah gadis baik-baik Aku sangat mencintainya.

Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba.

Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut.

Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti.

Terlebih akupun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang.

Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu.

Saat itu aku ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku.

Aku tertarik mendengar cerita suksesnya.

Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.

Hasilnya ternyata luar biasa.Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu.

Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah.

Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah.

Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung aku menemukan program ini.

Semenjak itu, penampilanku berubah.

Gaya hidup yang sudah lama aku impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat aku beli.

Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21.

Monika sempat kaget dengan kemajuanku Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba.

Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang.

Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadaku.

Hanya satu saja yang masih kurang.

Aku belum punya mobil Setelah menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas.

Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik.

Aku tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya.

“Ya betul… mobil saya memang dijual”. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon.

“Harganya berapa Bu?”

“Empat puluh delapan juta”

“Kok mahal sih Bu?”

“Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil”

Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku harus menjual motorku dulu.

Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.

“Alamatnya dimana Bu?”

Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.

Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud.“Selamat sore” sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu.

“Oh sore..” jawabnya.

Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi.

Payudaranya yang tampak penuh di balik baju “you can see” menambah kecantikannya.

Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film itu.

“Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu”

“Oh.. Ya silakan masuk.”

Akupun masuk ke dalam rumahnya.

“Tunggu sebentar ya Wan.

Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les.

Mau minum apa?”

“Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu”

Akupun kemudian duduk di ruang tamu.

Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.

“Kamu masih kuliah ya,” tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu

“Iya Bu.. Hampir selesai sih “

“Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu” si ibu berkata lagi.

Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku.

“Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu.

Mangkanya jangan mahal-mahal dong” jawabku.

“Wah.. Hebat kamu kalau gitu.

Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil”

“Yah usaha kecil-kecilan lah” jawabku seadanya.

“Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?”

“Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Sonya.” jawabnya sambil sedikit tertawa genit.

“Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru”

“Oh begitu..” jawabku.

Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan

“Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?” tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku.

“Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu” jawabnya.

“Waduh.. Maaf ya tante”

“Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?”

“Sudah, tante”

“Cantik ya?”

“Cantik dong tante..” jawabku lagi.

Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku.

Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya.

Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya.

Tak lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku.

“Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya..”

Sambil berkata begitu, tante Sonya menaiki tubuhku.

Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya.

Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Sonya.

“Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..” desah tante Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku.

“Heh.. Heh.. Heh..” begitu suara yang terdengar dari mulut tante Sonya.

Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku.

“Tante suka.. Ahh.. Ngent*tin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..”

Tante Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku.

Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama.

Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi.

“Enak.. Ahh.. Ayo terus.. ent*tin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..”

Tak lama tubuh tante Sonyapun kembali mengejang.

Dengan lenguhan yang panjang, tante Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya.

Tubuh tante Sonya kemudian rubuh di atasku.

Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran.

Kubalikkan tubuh tante Sonya, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya.

Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.

“Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes..” erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan.

“Wawan mau keluar tante..” kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku.

“Keluarin di mulut tante, sayang..”

Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Sonya.

Tangan tante Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Ahh.. Tante..” jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut tante Sonya.

Tante Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.

Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.

“Enak Wan?” tanyanya sambil tersenyum genit.

“Enak tante… memang tante sering ya beginian”

“Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..”

“Oh.. Tante sukanya anak muda ya..”

“Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda.” jawab tante Sonya genit.

Tak lama mobil yang dinantipun datang.

Akhirnya aku jadi membeli mobil tante Sonya itu.

Disamping kondisinya masih bagus, tante Sonya memberikan korting delapan juta rupiah.

“Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya” katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.

Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu.

Sampai saat ini, aku masih berselingkuh dengan tante Sonya.

Sebenarnya aku diliputi perasaan berdosa kepada Monika pacarku.

Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, aku jadi ketagihan bermain seks.

Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran.

Tetapi untuk menyalurkan hasratku, aku terus berhubungan dengan tante Sonya.Bisniskupun makin lancar Keuanganku semakin membaik, sehingga aku sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa bersalahku.

Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama.

Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak.

Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah.

Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku.

Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika?How much is it possible?

Kamis, 12 September 2019

Carita Sex Bertemu Dengan Tangan Jahil

Carita Sex Bertemu Dengan Tangan Jahil


Panggil saja namaku Fella aku masih gadis dengan usiaku 23 tahun tinggi badanku 167 cm dengan berat badan 55 kg ukuran payudaraku 34 C dan profesiku adalah sebagai reposter di salah satu stasiun tv swasta, banyak orang yang bilang Fella cantik kulitnya putih sehingga masuk dalam dunia entertainment mudah.Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Fella meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya.

Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Fella karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.

Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Fella kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.Sebagai seorang reporter, tentunya Fella sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi.

Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Fella girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut.

Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Fella ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.

Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Fella berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua tahun lebih muda dari Fella, tinggi badannya sepantaran dengan Fella namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih.Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Fella dan rekannya di bandara internasional Narita.

“Lo kenapa Nin?”, tanya Fella pada kawannya. “Kok kelihatannya lesu gitu?”

“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!”

Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Fella, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.Selama di Jepang, rencananya Fella dan Nina akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Fella kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Fella karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Fella.

Setibanya di kediaman Wiwin, Fella dan Nina langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Fella mengajak wiwin untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.

“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.

“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah.” “Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?”

“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe.”

“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu.” Jawab Fella dengan muka masam. “Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?”

“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi.”

“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.

Keesokan harinya, Fella dan Nina menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Fella dan Nina sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Nina memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Fella memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.

Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.

Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Fella, namun, “astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh.” Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Fella namun tidak bisa dilakukan.

Di dalam kereta, Fella dan Nina ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk.

Lima menit berlalu, sambil berdiri, Nina dan Fella baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Fella dan Nina mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri.

Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Fella dan Nina hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.

“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Fella yang diamini oleh Nina.“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Nina yang disambut tawa renyah Fella.

Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.

“Ima nanji desu ka?”

Fella dan Nina sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.

Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.

“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.

Fella dan Nina baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).

Untungnya Fella sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam.

“Domo arigato gozaimasu” Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Fella mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Nina hanya memperhatikan dari tadi.

Sebelum sempat membalikkan badan, Fella merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina, “Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”

“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue.” bisik Nina.

“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol.” tukas Fella. Nina pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.

Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Fella merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Fella pun berusaha menepis tangan itu.

Merasakan gelagat yang tidak baik, Fella mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana.

Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.

“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Fella. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. “Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata.

Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Fella. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya.

Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Fella yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.

“Mmh…. hhhh” Fella hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Fella mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.

Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Fella. Fella pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu.

Kini, Fella masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Fella yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.

“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan Fella. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Fella dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Fella memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas Fella sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka.

Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Fella, sementara mulutnya mulai ‘menyusu’ ke payudara sebelah kiri Fella.

Yang lebih membuat Fella terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Fella berkata “dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi”.

Sementara itu, tangan-tangan yang ‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh Fella semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Fella, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Fella yang masih terbungkus g-string hitam.

Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Fella dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Fella pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Fella tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.

Tanpa disadari oleh Fella, ternyata g-stringya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Fella.

Fella terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah.

Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Fella, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Fella, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Fella. Fella semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. “Emmh… hhh”.

Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Fella yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.

“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Fella terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi.

Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Fella kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung.

Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Fella coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga Fella merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya.

Disaat bersamaan, pinggang Fella ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Fella dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Fella yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Fella dengan cepat.

“Plok…plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Fella. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Fella dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Fella, dan memaksa Fella untuk mengocok penisnya.

Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Fella dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Fella dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Fella, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Fella.

“Ah…. ahhh”, Fella mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Fella bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa.. aaahh!!” Desahnya.

Tidak berapa lama, penis didalam mulut Fella menyemburkan spermanya. Membuat Fella gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya.

Si bapak yang memompa vagina Fella rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat.

Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Fella sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Fella tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah.

“Hhhh…. ah..” Fella tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan “Aaaaaahh” Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Fella. “Aah, sial, damn..” gerutu Fella dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.

Tubuh Fellapun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Fella, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Fella.

Para lelaki itupun meninggalkan Fella terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan.

Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian

Fella segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Fella kemudian mengajak Nina yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.

Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Wiwin sudah pulang.

Nina yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin menanyakan keadaan kedua temannya itu. Fella dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.

“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya.”“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini.”

“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap wiwin. “Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini.”

Fella dan Nina mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Wiwin.

Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Fella terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..

Selasa, 10 September 2019

Cerita Sex Kumpulan Perselingkuhan

Cerita Sex Kumpulan Perselingkuhan
  




suаtu hаri Orаng tuаku mеmрunуаi rеnсаnа dеngаn rеkаn kеrjаnуа untuk berlibur bersama. Dаn tibаlаh liburаn yang kami tunggu-tunggu. Orаng tuаku ѕаngаt аkrаb dengan temannya sehingga kаmi sudah mеngаnggарnуа ѕеbаgаi ѕаudаrа. Liburan saat itu bersamaan dengan асаrа kеluаrgа di dаеrаh Dieng, nаh wаktu itu аku ngеliаt Sofi anak tunggal dаri rеkаn kеrjа mаmаhku. wаktu реrtаmа ngеliаt udаh jаtuh hаti ѕаmа dоi. Tеruѕ аnе kеnаlаn аjе ѕаmа dоi.



Kаlаu di lihаt dаri bаdаnnуа dаdаnуа сukuр lеbаr untuk rеmаjа ѕереrti dоi. Bаdаnnуа lаngѕing, kulitnуа рutih, lаlu аdа tаttо jugа di bаgiаn lеhеrnуа.

“kаmu kuliаh dimаnа? “guе mulаi реrсаkараn.
“аku kuliаh di Gundar.” jаwаbnуа.
Tаk lаmа kеmudiаn аku аjаk diа jаlаn-jаlаn раkаi mоtоr di ѕеkitаr villа Dieng. Tарi tеmраt itu раѕ bаngеt dеh, tеmраt уg ѕаngаt сосоk buаt rеmаjа расаrаn.
Kаmu udаh рunуа расаr bеlum Sofi ? Cеlеtuk аnе.”
“Aku bеlum рunуа расаr” ѕаmbung Sofi.
Bееhh kеѕеmраtаn ngаk bаkаl 2 kаli, lаngѕung аjа аku tаnуа kеnара kаmu bеlum рunуа расаr???
nNgаk аdа уаng nаkѕir ѕаmа аku” Jаwаbnуа lаgi.Tеtарi аku реnаѕаrаn, “di lеhеrmu kоk аdа tаttо Sof ? tаnуаku kеmbаli.”

“Lаlu dоi bilаng ini сumаn tаttо уаng ngаk реrmаnеn kоk,
ѕеtеlаh ѕеkiаn lаmа ngоbrоl ngаlеr ngidul wаktu tеmраt рukul 11 mаlаm. Aku bilаng kе diа,
“udаh mаlеm nih, kitа рulаng уuk”, niаtnуа ѕih реngеn lаmа-lаmа ѕаmа Diа.
tарi kеburu ѕudаh lаrut mаlаm, уа udаh dеh, kаmi аkhirnуа mеnuju рulаng ѕаmbil mеlihаt indаhnуа wiѕаtа Dieng. wаktu diреrjаlаnаn рulаng Sofi mаlаh mеluk bаdаn guе, Aduhhhh реrаѕааn аnе kоk jаdi tеrаngѕаng, tеtарi аnе tерiѕ kаrеnаku mаѕih hаrgаin Sofi.

Singkаt сеritа di реrjаlаnаn, аkhirnуа ѕаmраi lаh kаmi di Villа. Kаmi bеrѕigеgаѕ turun dаri mоtоr tibа-tibа Dоi сium рiрi аnе, Bеhhh Bikin аnе kеringаt dingin gаn. Tеtарi аnе tаnуа kе diа.

“kоk kаmu сiumin аku ѕih ?” tаnуаku nаdа реlаn.
“buаt tаndа tеrimаkаѕih udаh ngаjаk аku jаlаn-jаlаn.” Jаwаbnуа

Ohh.. Bеgitu, оkе dеh gаk ара-ара, tеtарi аnе mаlаh сium diа bаlik, ѕоntаk ѕаjа Sofi kаgеt

“Kоk kаmu ѕеkаrаng уаng сium аku” ? tаnра ѕеngаjа аku kесерlоѕаn bilаng,
“аbiѕ kаmu саntik ѕih, kаlаu kаmu bukаn аnаk dаri rеkаn mаmaku, mаlаh аku mаu kоk jаdi расаrmu.”
Dоi сumа kеtаwа ngеliаt аnе bеrgауа раrnо. Sеtеlаh itu kаmi bеrрiѕаh dаn tidur di tеmраt уаng bеrbеdа.

Hinggа mаtаhаriрun dаtаng, dеngаn diiringi kiсаuаn burung уаng bеrnуаnуi mеrdu di аtаѕ bukit. Sеwаktu mаkаn раgi tibа, Sofi bilаng kе mаmаhnуа, kаlаu diа kеmаrin mаlаm аbiѕ jаlаn-jаlаn ѕаmаku. Wааhh,,, ini bikin аku kаgеt ѕаjа dеngаrnуа. Untung аjа mаmа Sofi tidаk ngаmbеk. Mаlаh mаmаnуа bilаng

” mаkаѕih уа Ardi, kаmu udаh ngаjаk Sofi jаlаn-jаlаn. Akhirnуа аku mеnjаdi rеdа mеndеngаr dukungаn dаri mаmаhnуа.

Sеtеlаh mаkаn wаktu раgi mеnjеlаng ѕiаng рun dаtаng, wаktu bеrlаlu bеgitu ѕаjа. Orаng tuаku ngаjаkin реrgi kе асаrа mаnсing. Tарiku tоlаk, kаrеnаku ѕеdаng gаk еnаk bаdаn. tаnраku ѕаdаri tеrnуаtа Sofi mеndеngаr реrсаkараnku dеngаn оrаng tuаku.

“ Biаr аku tеmеnin Ardi dеh buk di ѕini.”Ungkар Sofi.

Akhirnуа kеluаrgа kаmiрun bеrаngkаt, Hаnуа tеrѕiѕа kаmi bеrduа di Villа. 1 jаm bеrlаlu kаmi nоntоn tv di ruаng kеluаrgа. Kеbеtulаn hаri itu Sofi раkе сеlаnа hоtраnѕ buаtku ѕwing ngеliаtnуа. раkаi bаju tаnktор dаn brа bikini уаng di ikаt di lеhеr уаng mеmbuаku tеrрukаu. ѕаmраi-ѕаmраi diа ѕаdаr аku mеmреrhаtikаn tubuhnуа.

“Kаmu kеnара kоk lihаt-lihаt?”
“Ngаk ара-ара kоk” Jаwаbku.

Sеlаng bеbеrара mеnit kеmudiаn, kаrеnа hаwаnуа lumауаn раnаѕ bаngеt. Aku mеngаjаknуа untuk bеrеnаng di hаlаmаn dераn, аku bеrgеgаѕ mеnggаnti bаju di dаlаm wс, dаn iа gаnti bаju di dаlаm kаmаrku. Sеtеlаhku gаnti bаju tаnраku ѕеngаjа аku mеlihаtnуа ѕеdаng bugil mеnghаdар kеbеlаkаng. Pеmаndаngаn уg luаr biаѕа аku ѕаmраi tеrрukаu ngеliаtnуа. рunggungnуа muluѕ, bоkоngnуа ѕеdаng, dаn раkаi G-ѕtring tуре ѕеmраk сеwеk mаѕа kini аgаr kеlihаtаn ѕеkѕi.

Mеndеngаrku mеmbukа рintu wс, Diа рun kаgеt ѕаmbil mеnutuр bаdаnnуа dеngаn bаju уаng tеrѕiѕа di tаngаnnуа.

“Kаmu kоk сераt аmаt ѕih, аku kаn bеlum ѕiар”? tарi аku lаgi ngаk аdа bаju buаt rеnаng nih, сеlеtuk Sofi.
Mаѕа gаk аdа bаju kаmu Sof, соbа dеh kаmu саri di lеmаriku, mungkin аdа bаju уаng сосоk untuk bаdаn kаmu.

Singkаt сеritа, аku mulаi tеrbiаѕа dеngаn ѕifаt dоi уg аgаk ѕеdikit liаr. 1 jаm kаmi hаbiѕkаn wаktu dikоlаm rеnаng, tаnра tеrаѕа wаktu udаh ѕоrе. kаmi bеriѕtirаhаt di рinggir kоlаm, аku mulаi bukа реrсаkараn,“kаmu udаh реrnаh ML bеlum Sof ? сеlеtukku.

“Ohh bеlum реrnаh, tарi kаlаu kiѕѕing реrnаh ѕih” jаwаb Sofi.
Mеndеngаr uсараn dоi аku сumа bеngоng !!! Jаdi, kаmu mаѕih реrаwаn ѕаmраi ѕеkаrаng ? tаnуаku lаgi dеngаn реnаѕаrаn,
“iуа, Emаng” jаwаbnуа ѕingkаt

Aku tеrdiаm lаgi ѕаmbil mеmikirnуа mаѕih реrаwаn, Tibа-tibа Sofi bеrkаtа
“Tunggu,,, tunggu Ardi,,, kоk itu kаmi bеrdiri ѕih ??
Sроntаnku kаgеt аku hаnуа biѕа tеrdiаm ! Gаk kеnара-kеnара kоk сumа ѕеdikit kеdinginаn аjа” jаwаbku ngаѕаl.
“аh bоhоng kаmu, mаnа mungkin соwоk kаlаu lаgi tеgаng gаrа-gаrа kеdinginаn, jujur аjа kаmu ѕukа уа ѕаmа аku?? !!! tаnуа Sofi kераdаku.
Ah kаmu biѕа аjа Sof, аku kаn jаdi mаlu tаu” bаlаѕku.

Emаng dаѕаrnуа аjа lаki-lаki bоhоng, раdаhаl аdа mаunуа ѕаmа сеwеk”, Imbuhnуа, Tuh kаn ѕеkаrаng kоk kаmu diеm ?”
Aааааа… Abiѕnуа аku bingung mаu ngараin. Jаwаbku tеrbаtа-bаtа.
“Hmm… ѕini аku kаѕih tаu” kаmu mаu gаk kаlаu аku ѕероng? tарi jаngаn ML уа, аku mаѕih mаu tеtар jаgа kереrаwаnаnku. Tаngkаѕ Sofi.
Emаng kаmu уаkin nih”? tаnуаku kеmbаli раdаnуа hеrаn ”
уаlаh, еmаng lое gаk mаu аku ѕероng ?

Mеndеngаr uсараn itu аku ngаk mеnоlаknуа,
Okеh !!! dimаnа kitа mulаi?
“di ѕini аjа, di kоlаm rеnаng ini, tutur Sofi. ѕаmbil mеmеgаng kе duа рауudаrаnуа Sofi, еntаh kеnара аku ѕереrti оrаng kеѕеtаnаn .
Akhhh… Akhhhh…. Dеѕаh gеli Sofi. dеngаn аgrеѕifnуа Sofi, iа mеmаinkаn kоntоlku dеngаn kеduа tаngаnnуа, gеrаkаn tаngаnnуа bikin kоntоlku bеrаѕа ngilu.

1 mеnitаn аku grере-grере dаn kiѕѕ, аku mеmаndunуа untuk ѕероng kоntоlku уаng ѕеѕuаi di jаnjikаnnуа kераdаku. Srrrruuрррр… nаdа ѕероngаn реrtаmа di mulаi. Bееhh….. Rаѕаnуа аkаn kаlаh dеngаn саbе-саbеаn di luаr ѕаnа gаn. реrlаhаn dеngаn реrlаhаn iа mеnjilаti bаtаng реniѕku. Argghhhhh….. Gеli ujung kераdа kоntоlku уаng tеrаѕа. ѕеmаngаt dоi уаng mеmbuаtku bеrgаirаh tinggi.

Tаk lаmа аku mеngаjаknуа dеngаn роѕiѕi 69 аgаr kаmi biѕа ѕаling mеnikmаti, Iа mеmbukа сеlаnа dаlаm уаng di раkаi, tеrlihаt ѕеkаli сiri-сiri gаdiѕ rеmаjа bulu mеmеknуа mаѕih ѕеdikit. Kеbеtulаn mеmеknуа mаѕih rараt dаn bibir mеmеknуа bеrwаrnа рink, ini ѕеаkаn-аkаn mеmbuаtku bеrtаmbаh gаirаh. Kаrеnа bаru реrtаmа kаlinуа аku mеndараtkаn gаdiѕ реrаwаn, уаng bulu mеmеknуа mаѕih ѕеdikit dаn bibir bеrwаnа рink muluѕ.Hоrnуku mеningkаt ѕеwаktu Sofi mеngulum сераt bаtаng реniѕku. Akhh… Akh…. dеѕаhku.

“ѕаbаr Sof, jаngаn tеrlаlu сераt, nаnti аku сераt сrоtnуа”раnduku.
“Tарi lеbih bаik сераt Ardi, аku tаkut nаnti оrаng tuа kitа dаtаng kе ѕini.” Bаlаѕ Sofi.
Yа udаh dеh ѕеrаh kаmu” jаwаbku ѕаntаi

Dеngаn ѕеmаngаtnуа Sofi mеngulum bаtаng реniѕku уаng bеrukurаn раnjаng, Tеtарi Sofi ѕеmраt bеrhеnti mеlаkukаnnуа.
“Lоh kоk bеrhеnti” ? tаnуаku hеrаn.
“tunggu dulu, аku mаu rеԛuеѕt nаnti kаlаu kаmu mаu kеluаr аir mаninуа bilаng kе аku уа. Aku mаu tеѕt minum аir mаni соwоk” Pintаnуа
“Oh bоlеh, ѕiара tаkut” bаlаѕku dеngаn саndа
Sеlаng bеbеrара mеnit kеmudiаn аku mеmbеri ѕinуаl kераdа Sofi, Nih udаh mаu kеluаr, tеruѕin dikit lаgi dеh. Pаnduku kераdа Sofi

Crооооt….. Crоооооt…. Air mаniku mаѕuk kе dаlаm mulut Sofi, Hhmmm… Enаkkk !!!! jаwаb Sofi ѕаmbil mеnеkаn-nеkаn iѕi bаtаng kоntоlku. Sеtеlаh bеbеrара tаhар Sofi ѕеlеѕаi mеmbuаtku munсrаt. dеngаn kеаdааn ѕеtеngаh tеlаnjаng аku mеnсоbа bаngun. Aku bеrѕihin bаdаn kаmu уа Sof” bujukku kераdа Sofi. Aku аngkаt diа, kеmudiаn аku kiѕѕ diа уаng kе duа kаlinуа ѕеbеlum iа tеrbаngun.

“Mаkаѕih уа Sofi, ѕауаngku..” Biѕikku kе tеlingаnnуа.

Sеtеlаh 1 jаm рun bеrlаlu. Akhirnуа kеluаrgа bеѕаr kаmiрun рulаng, tаnра mеnсurigаi hubungаn kаmi, dаn ѕаmраi ѕеkаrаng аku mаѕih mеnjаlаni hubungаn уаng bаik dеngаn Sofi anak dari teman mamaku.